Indonesia merupakan Negara dengan status
mayoritas warganya pemeluk Agama Islam.
Dengan status yang disandang tak heran jika Negara ini memiliki ratusan ribu pesantren yang tersebar diseluruh Nusantara.
Dengan
adanya hal tersebut, tentu warga Indonesia lebih dapat menguras dan menggali
serta menambah ilmu ke-islaman melalui pendidikan berbasis pesantren. Banyak
pesantren yang berdiri dengan lebel internasional. Namun, pesantren dengan
lebel nasional juga memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu Agama Islam.
Sehingga
takaran untuk mendapatkan ilmu akan tetap sama karena beberapa alumni
pesantren-pesantren ternama yang ada di Indonesia juga memiliki dan mendirikan
pesantren. Jika sudah begitu tentu ilmu yang diterapkan akan sama di dapatkan
setara dengan pesantren ternama yang berkelas Internasional.
Tak
hanya ilmu saja yang sama, rata-rata semua kehidupan di pesantren akan sama persis
dengan pesantren lainnya, meski tidak ada yang mengajari. Berangkat dari sini,
kami akan memberikan pengetahuan 3 aktivitas yang menggelikan hidup dipesantren. Bahkan aktivitas ini sudah sangat lumrah dilakukan.
Ingat,
ini hanyalah artikel yang bermaksud memberikan wawasan kehidupan di pesantren,
tidak ada maksud lain. Berikut 3 hal sering dilakukan oleh santri di pesantren.
Padatnya
jadwal yang ada di pesantren para santriwan ataupun santriwati akan memilih
menyingkat waktu demi konsisten mengikuti semua jadwal yang ada. Sehingga mandi
secara bersamaan menjadi solusinya.
Hal
ini dikarenakan bukan karena jadwal yang padat saja, melainkan karena jumlah
santri yang rata-rata ratusan orang. Dengan jumlah ratusan orang ataupun
puluhan orang akan menguras waktu dan menghabiskan waktu jika mandi bergiliran
(perorangan).
Bayangkan
saja, jika jumlah santriwan sebanyak 200 orang dan rata-rata untuk mandi
berkisar 10 menit. Maka akan menghabiskan berapa menit? Atau kami patok dengan
durasi mandi 5 menit. Tentu kurang lebih akan menghabiskan waktu 1.000 menit
atau sekitar 16 jam. Jika dalam area santriwan memiliki kamar 5 kamar mandi
maka akan menghabiskan waktu 3 jam untuk 200 santriwan saja.
Sedangkan,
rata-rata pesantren juga memiliki pendidikan formal yang dalam waktu normal
pendidikan tersebut dimulai jam 07.00 pagi. Padahal aktivitas pesantren dimulai
pukul 04.00 pagi hingga 06.00 barulah akan menimba ilmu pendidikan formal. Durasi
senggang waktu 1 jam menuju pendidikan formal maka santriwan maupun santriwati
akan menggunakan cara mandi bersama. Tujuannya agar memangkas waktu.
Akan
tetapi, dengan cara mandi bersama akan lebih membukakan banyak hal negatif
seperti penulara penyakit kulit. Penyebarannya bisa saja melalui sentuhan
langsung maupun melalui air bekas mereka gunakan secara bersamaan.
Selain
itu, cara mandi bersama juga mengurangi privasi pribadi terhadap sesama santri.
Karena mereka dapat melihat kondisi tubuh secara keseluruhan. Meski mandi
sesama jenis namun ada beberapa privasi yang harus ditutupi oleh manusia. Namun
ada beberapa santri yang justru tidak mandi agar lebih memangkas waktu lagi.
Dari
perincian ini dan perhitungan seperti itu maka kami tetapkan aktivitas mandi
barsama menjadi salah satu aktivitas menggelikan hidup di pesantren.
Kalian
santraiwan ataupun santri nnnnwati? Pasti sering melakukan makan bersama. Tidak afdol
jika tidak pernah melakukannya.
Kelumrahan
lainnya adalah makan bareng. Karena berkaitan dengan makan bareng, bagi
orang-orang atau calon santri pesantren harus berfikir dua kali untuk menimba
ilmu di pesantren. Kenapa? Kerena hal ini selalu menjadi identitas. Dengan makan
bareng tentu ikatan keluarga akan semakin terbentuk. Sehingga bagi calon santri
harus membuang jauh perasaan jijik karena makan bebarengan.
Perasaan
jijik ini dimiliki oleh setiap manusia. Apalagi bagi orang-orang yang terbiasa
hidup bersama keluarga saja. Meski makan bareng sering dilakukan tetapi hanya dalam lingkup
keluarga sudah hal biasa dan tidak merasakan jijik terhadap makanan yang
dimakan secara bersamaan.
Berbeda
dengan makan bareng di ponpes (pondok pesantren). Jika Anda berniat untuk
mondok maka harus membuang perasaan itu agar dapat menyelaraskan aktivitas
tersebut.
Selain
itu, makan bareng atau bersama juga berdampak pada kesehatan. Karena menyangkut ludah dapat
dipastikan mudahnya penularan penyakit yang menular melalui ludah yang menempel.
Delek adalah bahasa madura yang
memiliki arti suka sesama jenis. Prilaku ini sering terjadi di pesantren. Bagi orang
yang memahami bahasa Madura maupun asli dari Pulau Madura tentu memahami
istilah Delek.
Beberapa
santri yang ada di sejumlah pesantren juga mengakui bahwa aktivitas suka sesama
jenis itu ada. Meski pengurus pesantren sudah menanggulangi dan memberikan
hukuman berat agar jerah, tetap saja aktivitas Delek ini selalu ada.
Entah
apa yang mereka fikirkan, yang jelas suka sesama jenis ini memang ada pada
kehidupan pesantren. Faktor terjadinya aktivitas suka sesama jenis ini bisa
terjadi lantaran kehidupan pesantren membatasi berhubungan dengan lawan jenis.
Sehingga pemuasan terhadap rasa suka dengan lawan jenis juga dipres secara
perlahan. Tujuannya yaitu untuk memfokuskan santri dalam memperdalam ilmu
keagamaan.
Secara
logika, jika manusia memiliki batasan untuk melakukan aktivitas maka akan
terjadi penyimpangan aktivitas. Salah satunya ada dikehidupan pesantren. Namun,
bukan manusia jika tidak memiliki solusi itu, meski aktivitas Delek dilarang
akhir-akhir ini Delek berubah istilah yaitu adek kakak. Sehingga adek kakak ini
diterapkan bagi pasangan sesama jenis maupun lawan jenis di lingkup pesantren.
Itulah
3 aktivitas hidup di pesantren. Perlu Anda ketahui, setiap
masalah pasti akan ada jalan keluarnya termasuk aktivitas yang kami bahas di
atas. Sebagai manusia tentu harus mengetahui sisi negatif dan positif agar
kehidupan kita tetap berjalan wajar dan bagaimana semestinya.
No comments:
Post a Comment