Media Sharing And Information

test

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Monday, January 21, 2019

Penyebab Terbesar Perceraian Di Indonesia


Sudah sangat lumrah pernikahan diakhiri dengan perceraian. Hal ini sangat dimudahkan lantaran hak antar individu menjadi landasan utamanya. Meski setiap agama memiliki pemikiran yang sama terhadap perceraian yaitu melarang atau menghindari tetap saja hak adalah segalanya ditangan manusia.

Banyak hal yang dapat menyebabkan perceraian, akan tetapi ada 3 penyebab terbesar terjadinya perceraian. Apa sajakah itu? Berikut penjelasannya.

Banyak anak muda mudi yang memutuskan untuk menikah mudah. Dengan bekal penasaran, mereka mampu mengucapkan janji suci. Dikatakan penasaran karena secara biologis manusia akan selalu ingin memenuhi kebutuhan fisiologinya. Terutama dalam hal seks, dengan cara dan pola interaksi pacaran era sekarang yang kebanyakan seks adalah nomer satu membuat mereka super penasaran ingin melakukan hubungan intim.

Sehingga ada beberapa kasus untuk meluapkan keinginannya yaitu

- Ada beberapa pasangan yang berani hub intim meski belum menikah
Resiko besar harus ditanggung jika melakukan hub intim sebelum menikah. Meski begitu, mereka berani menikmatinya dengan dalil “hamil akan di nikahi” atau “hamil bisa digugurkan”. Karena ini membahas pernikahan, maka kami akan mengambil sample hamil akan di nikahi.

Dengan tekat seperti itu, maka wanitapun akan malu-malu kucing untuk menolaknya. Sehingga akan terjadi hub tersebut. Merasakan kenyamanan hub intim akan terus menguasai pemikirannya hingga terjadi kehamilan. Karena komitmen untuk menikahi meski hamil, sehingga dinikahilah wanita hamil tersebut.

- Ada yang ingin melakukan hub intim dengan memutuskan untuk menikahinya terlebih dahulu
Karena keinginan besarnya, sejumlah pasangan berani mengucapkan janji suci. Kebanyakan mereka beralibi “nikah dulu baru pacaran”. Dari kata tersebut sudah menunjukkan tujuan utamanya adalah seks. Dikatakan sedemikian lantaran pacaran hanyalah bersifat kepuasan seks.

Namun pada kasus ini, sudah terbilang aman dari semua cibiran atau apapun, karena mereka menikah terlebih dahulu dan melakukan hub intim.

- Ada yang ingin hub intim dengan mendatangi lokalisasi
Cara mudah dan aman merasakan hub intim adalah mendatangi lokalisasi. Dengan alibi aman dari kata hamil. Banyak orang yang meluapkan aura seksnya terhadap pelacur. Pandangan ini diperkuat karena rasa tanggung jawab terhadap pelacur sudah tidak ada lantaran adanya sejumlah mahar untuk si pelacur. Sehingga hamil atau apapun itu sudah bukan menjadi tanggung jawabnya.

Dari sekian kasus di atas rasa keingin tahuan untuk melakukan hub intim akan melahirkan suatu permasalahan baru dalam menjalani rumah tangga. Sebab, landasan pernikahan mereka adalah seks. Tanpa memikirkan apakah itu rumah tangga dan bagaimana seharusnya dalam berumah tangga.

Dengan fenomena kasus di atas juga melahirkan pemikiran instan terhadap orang tua. Biasanya alibi orang tua “ketimbang melakukan pacaran sampai melakukan persetubuhan mending dinikahkan”. Dinikahkan inilah juga memancing besarnya persidangan perceraian. Sebab rasa takut orang tua terhadap anaknya yang tidak ingin melakukan persetubuhan sebelum menikah akan mengarah ke perjodohan.

Banyak kasus perceraian di Indonesia. Bahkan kasus perceraian selalu meningkat signifikan setiap tahun. Data ini dapat Anda lihat di media online atau data Kemenag.

Dalam membina rumah tangga harus siap dengan situasinya. Namanya saja rumah tangga, 2 kata “rumah” “tangga” yang memiliki makna tersirat. Ibaratnya adalah rumah tersebut akan dibawah kebeberapa tingkatan anak tangga. Seperti yang kita ketahui setiap tangga ada tantangan tersendiri. Semakin meninggi semakin cepat pula nafas kita terkuras. Artinya setiap menjalani rumah tangga akan menguras tenaga dan pikiran.

Sebab ada naik ada turun dalam urusan rumah tangga. Ketika naik maka cobaan juga naik. Begitu juga ketika menurun cobaanpun juga akan diterima. Kenapa? Karena urusan rumah tangga akan selalu berhadapaan dengan masalah. Sekuat apapun pondasi (sukses harta) selalu ada masalah baik selingkuh karena mentang-mentang sukses harta ataupun keinginan menikah lagi dll. Begitupula ketika turun (bobroknya ekonomi) akan selalu merasakan permasalahan seperti cek cok dll.

Dari alasan di atas, yang menjadi pertanyaannya adalah sependek itukah melakukan perceraian?

Manusia memiliki pemikiran yang dapat disetel sesuai kondisi. Akan tetapi, berkaitan dengan pernikahan pemikiran pendek ini dapat berakibat fatal. Pemikiran pendek ini dapat muncul jika suatu kondisi dirasa akan menguntungkan bagi dirinya. Apalagi dengan kesuksesan karir, akan semakin tinggi pemikiran pendek tersebut. Dan biasanya rata-rata kondisi dengan pemikiran pendek untuk bercerai dialami oleh pria ketika karirnya mininggi karena dia berfikir “sudah sukses ceraipun akan mudah mencari penggantinya” dan untuk wanita  ketika merasakan ekonomi yang menurun drastis.

Banyak faktor yang melatar belakangi kurangnya percaya diri membina rumah tangga salah satunya seperti mengandalkan kondisi orang tua. Biasanya awal pernikahan selalu berada pada titik itu. Dimana setiap pasangan akan selalu dimanjakan oleh orang tua kecuali pasangan tersebut sudah gagah dalam hal finansial. Akan tetapi, kebanyakan di Indonesia orang tua selalu memberikan rasa kasihan terhadap putra atau putrinya. Hal ini dilakukan lantaran mereka (para orang tua) sudah mengetahui pahitnya rumah tangga sehingga dikawatirkan pasangan pengantin yang masih baru tidak dapat menghadapinya. Sehingga mereka akan dibantu secara finansial.

Dari kebiasaan ini, karena orang Indonesia terkenal dengan cara isntannya maka tradisi tersebut akan langsung dijadikan kebiasaan hingga tidak memiliki rasa keinginan untuk mandiri. Rasa itu akan tumbuh jika bala bantuan finansial sudah terputus, terlebih jika orang tuanya meninggal dunia. Maka mereka akan berupaya berjuang. Namun tak semulus itu, kebanyakan mereka akan terkejut dan merasakan perbedaan yang signifikan setelah ia benar-benar menjalani hidup berumah tangga.


Kondisi ini akan memancing keributan besar, karena kebiasaan nyaman tentram dari bantuan orang tua berbalik untuk berjuang sendiri. Jika sudah begitu, dapat dipastikan akan membuka celah dalam pertikaian besar untuk mengakhiri pernikahannya dengan alasan ekonomi yang kurang mewadahi.

No comments:

Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman