Media Sharing And Information

test

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Wednesday, January 16, 2019

Berdampakkah Gambar Pada Bungkus Rokok?


Rokok adalah silinder yang terbuat dari kertas berukuran panjang 70 hingga 120mm yang didalamnya  terdiri dari potongan daun tembakau (dirajang).


munculnya rokok pertamakali terdapat pada suku bangsa Indian di Amerika, tujuannya untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh yang mereka anggap sebagai kepercayaannya. Perkembangan rokok ini semakin terbukti karena pada abad 16 ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, mereka ikut mencoba sensasi menghisap rokok yang sudah menjadi tradisi pada suku Indian. Kemudian mulailah merambah kebiasaan rokok tersebut ke bangsa Eropa khususnya para bangsawan Eropa.

Kedua perbedaan ini sangat jelas. Tradisi merokok yang dilakukan dengan suku Indian adalah sebagai pelengkap pemujaan pada Dewa. Sedangkan pada bangsa Eropa, rokok hanya untuk kesenangan semata dan cenderung sebagai konsumsi orang-orang kelas atas.

Pada Abad 17 bangsa Spain mulai masuk ke Turki dari sinilah rokok juga mulai menyebar ke negara-negara Islam di dunia.

Kita tahu Indonesia memiliki letak geografis yang sangat luas, yang terbagi menjadi daratan dan perairan dengan kesuburan yang sangat tidak diragukan lagi. Melihat hal tersebut, tak heran tembakau yang dibawa oleh bangsa Belanda berkembang pesat di Indonesia. Kebiasaan ini juga memunculkan kebudayaan baru pada Indonesia yaitu merokok. Ini diperkuat dengan adanya data dari tahun ke tahun selalu meningkat tajam.

Melihat tajamnya kenaikan konsumsi rokok di Indoensia, pemerintah selalu mencari cara untuk mengurangi dan membatasi perokok di Indonesia. Sebab, setiap tahun jutaan orang meninggal lantaran merokok.

Tidak hanya membentuk UU untuk memperkecil ruang lingkup bagi perokok. Bungkus rokok juga dikemas dengan gambar orang-orang yang sudah mengalami dampak dari rokok. Akan tetapi, pertanyaan besar mulai muncul. Apakah berhasil atas usaha tersebut untuk mengurangi konsumsi rokok?

Tentu kita sudah memahainya usaha tersebut masih belum efektif dalam menurunkan jumlah konsumsi rokok di Indonesia. Terbukti, semakin meningkatnya perokok di tanah air. Parahnya, kalangan anak-anak mulai berani merokok meski secara fisik bungkus rokok sudah tergolong menakutkan. Desain bungkus rokok itu memiliki tujuan untuk menyerang psikologi setiap individu agar takut untuk mengkonsumsi rokok, selain itu memberikan gambaran bahwa rokok memiliki bahaya pada kesehatan. Namun yang harus Anda ketahui adalah rokok salah satu penyumbang pajak terbesar yang diterima oleh pemerintah.

Tampilan yang sudah dirancang tidak dapat mengendalikan psikologi keinginan untuk tidak merokok. Kenapa seperti itu? Mungkin alasan tersbesarnya ialah sebagai berikut.

1. Rokok Cenderung Murah
Meski rokok semakin dinaikkan harga perbungkusnya, tetap para penggila rokok sudah tak menghiraukannya. Apalagi yang bersangkutan memiliki penghasilan. Namun, bagi individu yang tidak memiliki penghasilan, mungkin saja berfikir. Tetapi, masih ada jalan alternatif.
Bolehlah perbungkus di naikkan semahal mungkin, namun alternatif muncul lantaran penjual akan menjual rokok batangan. Pada akhirnya semahal apapun perpacknya tetap perbatang menjadi laternatif utamanya.

Jika semisal rokok batangan tidak ada. Masih ada laternatif lain dengan adanya rokok murah perbungkusnya. Banyaknya edaran rokok ilegal sampai rokok legal dengan merk yang kurang ternama (tidak berkelas) dijual bebas.

Rata-rata, rokok yang melonjak tinggi hanya berlaku pada rokok ternama. Meski berdampak namun kenaikannya tidak signifikan tidak seperti rokok ternama. Ditambah beredarnya rokok ilegal. Rokok ilegal ini beredar biasanya memanfaatkan lebel pajak bekas dari rokok yang legal. Tentu Anda sering bukan menemukan pemungut bungkus rokok yang hanya diambil lebel pajaknya/bea cukai saja?
Meski bekas tapi laku dijual, namun harganya hanya kisaran 100-200 rupiah saja. Tapi dengan berlakunya hal tersebut, banyak juga yang mencarinya dan menyetorkan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan lebel bekas tersebut.

Padahal sudah menjadi rahasia umum dan sudah mengetahui hukuman bagi orang-orang yang memanfaatkan hal tersebut. Namun, jika ditanya kenapa melakukannya baik pencari dan penerima lebel bea cukai akan menjawab dengan alasan yang sama yaitu desakan ekonomi.

2. Kebebasan Penjual Melayani Macam-macam Konsumen
Setajam apapun Undang Undang yang dibuat tetap akan tumpul jika sudah berkaitan dengan kepentingan ekonomi. Kenapa begitu? Karena ekonomi dianggap bagian paling penting melebihi apapun termasuk dalam segala bahaya yang menerka dari resiko karena memenuhi ekonomi.
Contohnya adalah rokok. Banyak penjual selalu melayani pembelinya dengan baik, itu sudah kewajiban. Tapi berhubungan dengan pelayanan dan apa yang dibeli harus diperhatikan, menurut kami.

Berbeda dengan faktanya, penjual tidak memiliki pikiran siapa yang membeli dan apa yang dibeli. Hal ini terjadi secara alamiah karena penjual ingin mendapatkan uang agar dapat memenuhi perekonomian. Apapun yang dibeli si konsumen akan dijual tanpa harus berfikir ulang, mungkin akan berfikir sedikit tapi kalau sudah terbentur dengan ekonomi sudah pasti bubar.

Banyak aturan rokok hanya dapat dan boleh di konsumsi dengan mematok umur minim 18+. Namun, fenomena anak kecil yang sudah mulai merokok menajdi bukti mutlak ketidakpedulian sang penjual kepada konsumen. Al hasil rokok bisa didapatkan dengan mudah meski dibawah umur.

3. Pola Pikir “Rokok Merupakan Identitas Pria”
Orang Indonesia ini selalu suka dengan Tren masa kini. Apapun yang populer akan dijadikan panutan dan diikutinya. Terbukti bukan, dengan kepopuleran yang ada di dunia mampu di adopsi dengan baik bahkan terbilang melampui batas ketimbang tempat asalnya. Apalagi mengenai rokok?

“Gak Ngerokok Duduk Lanang” “Gak Ngerokok Iku Wandu” “Gak Ngerokok Gak Gaul”

Sudah pasti akan mendengar perkataan itu, bukan?
Itulah tren yang berkembang dan dicernak dengan baik oleh pemuda masa kini. Sudah menjadi turun temurun perkataan tersebut. Bahkan kami sendiri juga sering menyebutkannya kepada pemuda-pemuda.

Hal ini merupakan mata rantai yang harus diputus. Namun untuk memutuskannya sangatlah sulit. Untuk memulainya adalah menumbuhkan pada pola pikir diri sendiri terlebih dahulu sebelum merangka ke orang lain. Karena kami yakin Anda juga salah satu korban mata rantai tersebut.

Terakhir, sebuah upaya dan usaha pemerintah akan berjalan dengan sukses karena kesadaran dan dukungan warganya. Sebab adanya suatau negara lantaran persatuan bukan satu-satuan.

No comments:

Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman